Kenali Penyu

Dari 7 jenis penyu di dunia, 6 (enam) diantaranya hidup di perairan Indonesia, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu pipih (Natator depressus), penyu abu-abu / ridel (Lepidochelys olivacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan penyu tempayan (Caretta caretta). Di pantai Kuranji dalang, penyu yang umum dijumpai adalah penyu abu-abu / ridel (Lepidochelys olivacea).

Di alam, penyu memegang peranan yang sangat penting bagi kelestarian ekosistem dan bayangkan kalau penyu punah apa yang terjadi? yuk simak apa saja peranan penting penyu bagi ekosistem, melalui gambar berikut.

Pasir merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat peneluran bagi setiap penyu memiliki kekhasan. Umumnya tempat pilihan bertelur merupakan pantai yang luas dan landai serta terletak di atas bagian pantai dengan rata-rata kemiringan pantai 30 derajat dengan kondisi yang alami dan belum terjamah oleh manusia. Oleh karena itu keberadaan pantai sangat penting bagi penyu. Namun tidak hanya itu, berbagai macam permasalahan juga dihadapi oleh penyu seperti perdangan ilegal (telur, daging, dll) perubahan iklim, penangkapan oleh manusia dan juga pencemaran sampah.

Penyu mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan berpuluh-puluh tahun untuk mencapai usia reproduksi. Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu tempat sebelum bermigrasi untuk kawin dengan menempuh jarak yang jauh (hingga 3000 km) dari ruaya pakan ke pantai peneluran. Pada umur yang belum terlalu diketahui (sekitar 20-50 tahun) penyu jantan dan betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah kelahirannya. Perkawinan penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum peneluran pertama di musim tersebut. Baik penyu jantan maupun betina memiliki beberapa pasangan kawin.

Sumber: WWF Indonesia

Penyu betina membuat kubangan atau lubang badan (body pit) dengan sirip depannya lalu menggali lubang untuk sarang sedalam 30-60 cm dengan sirip belakang. jika pasirnya terlalu kering dan tidak cocok untuk bertelur, si penyu akan berpindah ke lokasi lain. Penyu mempunyai sifat kembali ke rumah (”Strong homing instinct”) yang kuat, yaitu migrasi antara lokasi mencari makan (Feeding grounds) dengan lokasi bertelur (breeding ground). Migrasi ini dapat berubah akibat berbagai alasan, misalnya perubahan iklim, kelangkaan pakan di alam, banyaknya predator termasuk gangguan manusia, dan terjadi bencana alam yang hebat di daerah peneluran, misalnya tsunami.

Sumber: KKP RI